Prangi

Empat meriam isian belakang dari kerajaan Mughal yang digambarkan di Akbarnama.

Prangi, paranki, piranki, pirangi, farangi, firingi, atau firingiha adalah jenis meriam yang diproduksi oleh Kekaisaran Ottoman. Ia kemudian disalin dan diproduksi di tempat lain seperti oleh kesultanan Mughal di bawah Babur. Prangi adalah meriam putar isian belakang.[1]:143

Etimologi

Paling bawah: Ruangan pengisian meriam Maratha.

Prangi ditulis dalam sumber Ottoman dengan berbagai kata sebagai prankı, pirankı, parangi, parangı, pranga, pranku, prangu, dan parangu. Istilah Ottoman kembali ke braga Italia/Spanyol, singkatan dari "petriero a barga" dan "pedrero de braga", meriam isian belakang kecil.[2]:100 Braga sendiri berarti "celana" atau "bokong".[1]:143 Kaisar Babur di India menyebut senjata ini firingiha dan farangi.[3]:219 Penutur bahasa Tamil dan Telugu menyebutnya pīranki dan pīrangi.[2]:100

Sejarah dan deskripsi

Prangi adalah meriam putar kecil Ottoman isian belakang, menembakkan peluru 150 gram, mereka sebagian besar dibuat dari perunggu cor, tetapi yang terbuat dari besi juga digunakan. Ottoman menggunakan prangi dari pertengahan abad ke-15 dan seterusnya dalam pertempuran lapangan, di atas kapal mereka, dan di benteng mereka, di mana prangi sering menjadi mayoritas persenjataan.[2]:100 Pada akhir abad ke-15, galai Utsmaniyah memiliki meriam besar dan 4 meriam (darbzen) dan 8 meriam prangi. Kapal ini memiliki panjang 42-43 meter dengan tiga layar yang membawa sekitar 328 orang.[4]:12 Prangi adalah bagian standar dari persenjataan angkatan laut sekunder Ottoman.[5]:222 Sebuah buku catatan inventaris dan survei angkatan laut Ottoman tertanggal 10 April 1488 menyebutkan bahwa barça (barque) Ottoman memiliki 35 prangi, agrıpar (galias) memiliki 16 prangi, kadırga (galai) memiliki 8 prangi, kalıt (galliot) dan kayık (fusta) memiliki 4 buah prangi.[6]:173-174

Penyebaran meriam prangi ke arah timur mengakibatkan munculnya cetbang bergaya barat di Nusantara setelah tahun 1460 M.[7]:94–95, 98 Di China, meriam ini dikenali dengan nama Folangji (佛郎机),[1]:143 Folangji chong (佛郎机铳),[8]:348–349 atau Fo-lang-chi p'ao (佛朗机炮 atau 佛朗機砲).[9]:45 Meriam prangi mencapai China sebelum kapal Ottoman atau Portugis berhasil.[1]:242 Mereka juga dapat mencapai Tiongkok melalui Jalur Sutra.[10]:131 Dalam Sejarah pemerintahan Wan Li (萬厲野獲編), oleh Shen Defu, dikatakan bahwa "Setelah pemerintahan Hong Zhi (1445–1505), Cina mulai memiliki meriam Fu-Lang-Ji, negara yang dulu disebut Sam Fu Qi". Dalam volume 30 tentang "Orang Asing Berambut Merah" ia menulis "Setelah pemerintahan Zhengtong (1436–1449) Cina menguasai meriam Fu-Lang-Ji, alat sihir terpenting orang asing". Dia menyebutkan meriam sekitar 60 atau 70 tahun sebelum referensi pertama tentang Portugis. Tidak mungkin bagi orang China untuk mendapatkan meriam Portugis sebelum kedatangan mereka.[11] Pelliot memandang bahwa meriam folangji mencapai Tiongkok sebelum orang Portugis melakukannya, mungkin dibawa oleh pelaku yang tidak diketahui dari semenanjung Malaya.[12]:199–207 Needham mencatat bahwa meriam isian belakang sudah dikenal di Tiongkok Selatan pada tahun 1510, ketika pemberontakan di Huang Kuan dihancurkan oleh lebih dari 100 folangji.[13]:372 Bahkan mungkin lebih awal, dibawa ke Fujian oleh seorang pria bernama Wei Sheng dan digunakan untuk menumpas bajak laut pada tahun 1507.[14]:348

Lihat juga

Referensi

  1. ^ a b c d Chase, Kenneth (2003). Firearms: A Global History to 1700. Cambridge University Press. ISBN 9780521822749. 
  2. ^ a b c Agoston, Gabor (2019). Firangi, Zarbzan, and Rum Dasturi: The Ottomans and the Diffusion of Firearms in Asia. In Pál Fodor, Nándor E. Kovács and Benedek Péri eds., Şerefe. Studies in Honour of Prof. Géza Dávid on His Seventieth Birthday, Hungarian Academy of Sciences. Budapest: Research Center for the Humanities, 89–104.
  3. ^ Partington, J. R. (1999). A History of Greek Fire and Gunpowder. Johns Hopkins University Press. ISBN 9780801859540. 
  4. ^ Bostan, Idris (2007). Ottoman Maritime Arsenals and Shipbuilding Technology in the 16th and 17th centuries (PDF). Manchester: FSTC Limited. 
  5. ^ Shai Har-El, Struggle for Domination in the Middle East: The Ottoman-Mamluk War, 1485-1491 (Leiden, New York, and Cologne: E. J. Brill, 1995) Pp. 238. In Mamlūk Studies Review Volume 5.
  6. ^ Har-El, Shai (1995). Struggle for Domination in the Middle East: The Ottoman-Mamluk War, 1485-91. E.J. Brill. ISBN 9789004101807. 
  7. ^ Averoes, Muhammad (2020). Antara Cerita dan Sejarah: Meriam Cetbang Majapahit. Jurnal Sejarah, 3(2), 89 - 100.
  8. ^ Andrade, Tonio (2016). The Gunpowder Age: China, Military Innovation, and the Rise of the West in World History. Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13597-7. 
  9. ^ Charney, Michael (2004). Southeast Asian Warfare, 1300–1900. BRILL. ISBN 9789047406921. 
  10. ^ Di Cosmo, Nicola. “Did Guns Matter? Firearms and the Qing Formation.” In Lynn Struve, ed., The Qing Formation in World- Historical Time. Cambridge, MA: Harvard University Asia Center, 2004, 121–66.
  11. ^ De Abreu, António Graça (1991). "The Chinese, Gunpowder and the Portuguese". Review of Culture. 2: 32–40. 
  12. ^ Pelliot, Paul (1948). "Le Ḫōj̆a et le Sayyid Ḥusain de l'Histoire des Ming". T'oung Pao. 38: 81–292. doi:10.1163/156853297X00509 – via JSTOR. 
  13. ^ Needham, Joseph (1986). Science and Civilisation in China, Volume 5: Chemistry and Chemical Technology, Part 7, Military Technology: The Gunpowder Epic. Cambridge: Cambridge University Press. 
  14. ^ Andrade, Tonio (2016). The Gunpowder Age: China, Military Innovation, and the Rise of the West in World History. Princeton University Press. ISBN 978-0-691-13597-7. 
Kembali kehalaman sebelumnya