Retak tulang

Retak tulang
Tampak luar dan dalam lengan yang mengalami retak, sebelum dan sesudah pembedahan.
Informasi umum
SpesialisasiOsteologi Sunting ini di Wikidata

Retak tulang, patah tulang, atau fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.[1] Retak tulang bisa terjadi akibat kecelakaan maupun kejadian alam yang tidak terduga. Sering kali untuk penanganan retak tulang ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami retak tulang, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.[2]

Prevalensi

Di Indonesia, terdapat lebih dari 2 juta kasus retak tulang. Retak tulang lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada usia prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.

Jenis Retak Tulang

  1. Complete fracture (retak tulang lengkap), patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang[3].
  2. Closed fracture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh[4].
  3. Open fracture (compound fracture / komplikata/ kompleks), merupakan retak tulang dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. retak tulang terbuka digradasi menjadi:[4]
    • Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.[5]
    • Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.[5]
    • Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.[5]
  4. Greenstick, retak tulang di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.[3]
  5. Transversal, retak tulang sepanjang garis tengah tulang[3].
  6. Oblik, retak tulang membentuk sudut dengan garis tengah tulang[3].
  7. Spiral, retak tulang memuntir seputar batang tulang.
  8. Komunitif, retak tulang dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen[3].
  9. Depresi, retak tulang dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
  10. Kompresi, retak tulang di mana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)[3].
  11. Patologik, retak tulang yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor).
  12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada pelekatannya[3].
  13. Epifisial, retak tulang melalui epifisis[5].
  14. Impaksi, retak tulang di mana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

Manifestasi Klinis

Nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.

Pemeriksaan

Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu menilai pain (rasa sakit), paloor (kepucatan/perubahan warna), paralisis (kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak), parasthesia (kesemutan), dan pulselessnes (tidak ada denyut)

Rotgen sinar X Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang hilang.

Penatalaksanaan

Segera setelah cedera perlu untuk mengimobilisasi bagian yang cedera apabila klien akan dipindahkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cedera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi.

Prinsip penanganan retak tulang meliputi:

Reduksi

Reduksi retak tulang berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis

Reduksi tertutup

Mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya.

Reduksi terbuka

Dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku.

Imobilisasi

Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami retak tulang adalah kurang lebih 3 bulan, tergantung dari regio mana yang mengalami retak tulang, serta nutrisi yang diberikan.

  1. Falang ( jari )
  2. Metakarpal
  3. Karpal
  4. Skafoid
  5. Radius dan ulna
  6. Humerus
  7. Suprakondiler
  8. Batang
  9. Proksimal ( impaksi )
  10. Proksimal ( dengan pergeseran )
  11. Klavikula
  12. Vertebra
  13. Penis
  14. Femur
  15. Intrakapsuler
  16. Intratrohanterik
  17. Batang
  18. Suprakondiler
  19. Tibia
  20. Proksimal
  21. Batang
  22. Maleolus
  23. Kalkaneus
  24. Metatarsal
  25. falang (jari kaki)


Referensi

Catatan kaki

  1. ^ (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001)
  2. ^ "Patah Tulang". Alodokter. 2020-05-18. Diakses tanggal 2021-06-09. 
  3. ^ a b c d e f g Nayagam, S (2019). Principles of Fractures. London: Hodder Education. hlm. 687–732. 
  4. ^ a b Bucholz, RW; Heckman, JD; Court-Brown, CM (2006). Green′ s fractures in adults 6th Edition. USA: Maryland Composition. hlm. 80–331. 
  5. ^ a b c d Sjamsuhidayat, de Jong (2011). BUKU AJAR ILMU BEDAH EDISI 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. hlm. 959–1083. 
Kembali kehalaman sebelumnya