Letusan super (supereruption) Toba adalah letusanGunung Toba, sebuah gunung berapi super, yang terjadi antara 69.000 dan 77.000 tahun yang lalu di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, Indonesia. Letusan ini diakui sebagai salah satu letusan gunung terdahsyat di Bumi. Hipotesis bencana Toba berpendapat bahwa peristiwa alam ini mengakibatkan musim dingin vulkanik di seluruh dunia selama 6–10 tahun dan masa pendinginan selama 1.000 tahun.
Letusan Toba atau peristiwa Toba terjadi di daerah yang saat ini merupakan Danau Toba sekitar 73.000±4000 yr Sebelum Masehi (Before Christ; BC).[5][6] Letusan ini merupakan yang terakhir dan terbesar dari empat letusan Toba selama kala Kuarter. Letusan ini dikenal juga dengan sebutan Youngest Toba Tuff atau YTT.[7][8] Letusan ini memiliki Indeks Letusan Vulkanik sebesar 8 ("apokaliptik") atau magnitudo ≥ M8; efek letusan terhadap kompleks kaldera seluas 100X30 km sangat besar.[9] Perkiraan ekuivalen batuan padat (DRE) terhadap volume eruptif letusan ini berkisar antara 2000 km3 dan 3000 km3 – perkiraan DRE yang paling lazim adalah 2800 km3 (sekitar 7×1015 kg) berwujud magma letusan dan 800 km3 di antaranya mengendap dalam bentuk debu vulkanik.[10] Massa letusannya 100 kali lebih besar daripada letusan gunung terbesar dalam sejarah modern, letusan Gunung Tambora di Indonesia tahun 1815 yang mengakibatkan "Tahun Tanpa Musim Panas" 1816 di belahan utara Bumi.[11]
Letusan Toba terjadi di Indonesia dan menghasilkan lapisan endapan debu setebal kira-kira 15 sentimeter di seluruh Asia Selatan. Debu vulkanik juga mengendap di Samudra Hindia, Laut Arab, dan Laut Cina Selatan.[12] Inti laut dalam yang diambil dari Laut Cina Selatan telah membuktikan besarnya jangkauan letusan, sehingga perhitungan massa letusan sebesar 2800 km3 dianggap sebagai jumlah minimum atau bahkan terlalu kecil.[13]
Musim dingin vulkanik dan pendinginan
Letusan Toba tampaknya terjadi bersamaan dengan munculnya periode glasial terakhir. Michael L. Rampino dan Stephen Self berpendapat bahwa letusan tersebut mengakibatkan "pendinginan singkat yang dramatis atau 'musim dingin vulkanik'" yang menurunkan suhu permukaan rata-rata dunia sebesar 3–5 °C dan mempercepat transisi dari suhu panas ke dingin dalam siklus glasial terakhir.[14] Bukti dari inti esGreenland menunjukkan adanya periode minim δ18O selama 1.000 tahun dan peningkatan endapan debu setelah letusan Toba. Letusan ini bisa jadi menghasilkan periode suhu dingin selama 1.000 tahun tersebut (stadial); dua abad di antaranya disebabkan oleh bertahannya muatan stratosfer Toba.[15] Rampino dan Self yakin bahwa pendinginan global sudah berlangsung saat letusan terjadi, namun prosesnya lambat; YTT "mungkin memberi 'tendangan' kuat sehingga sistem iklim beralih dari suhu panas ke dingin".[16] Walaupun Clive Oppenheimer menolak hipotesis bahwa letusan ini menyebabkan periode glasial terakhir,[17] ia setuju bahwa letusan Toba menyebabkan iklim dingin selama satu milenium sebelum peristiwa Dansgaard-Oeschger abad ke-19.[18]
Menurut Alan Robock,[19] yang pernah menerbitkan sejumlah makalah tentang musim dingin nuklir, letusan Toba tidak mendahului periode glasial terakhir. Namun dengan asumsi adanya emisi sulfur dioksida sebesar enam miliar ton, simulasi komputernya menunjukkan bahwa pendinginan global maksimum sebesar 15 °C terjadi selama tiga tahun setelah letusan, dan pendinginan tersebut bertahan selama beberapa dasawarsa dan bersifat mematikan. Karena tingkat selang adiabatik jenuh untuk suhu di atas titik beku adalah 4,9 °C/1.000 m,[20]garis pohon dan garis salju pada waktu itu lebih rendah 3.000 m (9.900 ft). Iklim kembali pulih setelah beberapa dasawarsa, dan Robock tidak menemukan bukti bahwa periode dingin 1.000 tahun yang tercatat di inti es Greenland diakibatkan oleh letusan Toba. Berbeda dengan Robock, Oppenheimer percaya bahwa perkiraan penurunan suhu permukaan sebesar 3–5 °C mungkin terlalu tinggi. Ia berpendapat bahwa suhu turun sebesar 1 °C saja.[21] Robock mengkritik Oppenheimer karena analisisnya didasarkan pada hubungan T-forcing yang sederhana.[22]
Meski ada berbagai macam perkiraan, para ilmuwan sepakat bahwa letusan super sebesar letusan Toba pasti menghasilkan lapisan debu yang sangat luas dan pelepasan gas beracun dalam jumlah besar ke atmosfer, sehingga memengaruhi iklim dan cuaca di seluruh dunia.[23] Selain itu, data inti es Greenland memperlihatkan perubahan iklim yang mendadak pada masa letusan Toba,[24] tetapi tidak ada konsensus bahwa letusan ini secara langsung menciptakan periode dingin 1.000 tahun yang tercatat di Greenland atau periode glasial terakhir.[25]
Para arkeolog yang menemukan lapisan debu vulkanik kaca mikroskopik di sedimen Danau Malawi pada tahun 2013, dan menghubungkan debu tersebut dengan letusan super Toba 75.000 tahun yang lalu, melihat tidak adanya perubahan jenis fosil yang dekat dengan lapisan debu yang terbentuk pasca musim dingin vulkanik. Bukti ini membuat arkeolog menyimpulkan bahwa letusan gunung berapi terbesar sepanjang sejarah umat manusia tidak mengubah iklim Afrika Timur.[26][27]
Teori penyusutan genetik
Letusan Toba telah dikaitkan dengan penyusutan genetik evolusi manusia sekitar 50.000 tahun yang lalu[28][29] yang terjadi akibat berkurangnya jumlah manusia karena efek letusan terhadap iklim global.[30]
Menurut teori penyusutan genetik, antara 50.000 dan 100.000 tahun yang lalu, populasi manusia berkurang tajam menjadi 3.000–10.000 orang.[31][32] Teori ini didukung oleh bukti genetik yang menunjukkan bahwa umat manusia masa kini adalah keturunan dari sedikit sekali manusia, antara 1.000 sampai 10.000 pasangan, sekitar 70.000 tahun yang lalu.[33]
Pendukung teori penyusutan genetik berpendapat bahwa letusan Toba mengakibatkan bencana ekologi global, termasuk kehancuran tanaman diiringi kekeringan parah di sabuk hutan hujan tropis dan kawasan monsun. Contohnya, musim dingin vulkanik selama 10 tahun yang diakibatkan letusan telah melenyapkan sebagian besar sumber makanan manusia dan menyebabkan berkurangnya populasi manusia.[22] Perubahan lingkungan seperti ini bisa jadi menghasilkan penyusutan populasi beberapa spesies, termasuk hominid;[34] penyusutan ini mempercepat diferensiasi dari populasi manusia yang sedikit. Karena itu, perbedaan genetik di kalangan manusia modern merupakan cerminan perubahan yang terjadi pada 70.000 tahun terakhir, bukan diferensiasi bertahap selama jutaan tahun.[35]
Penelitian lain memunculkan keraguan terhadap teori penyusutan genetik. Misalnya, peralatan batu kuno di India selatan ditemukan di atas dan di bawah lapisan debu tebal dari letusan Toba dan bentuknya serupa, artinya awan debu dari letusan tersebut tidak memusnahkan populasi di daerah ini.[36][37][38] Bukti arkeologi lain dari India selatan dan utara juga menunjukkan sedikitnya bukti dampak letusan terhadap penduduk setempat, sehingga para peneliti berkesimpulan bahwa "banyak makhluk hidup yang selamat dari letusan super ini, bertentangan dengan penelitian lain yang menunjukkan kepunahan hewan dan penyusutan genetik dalam jumlah besar".[39] Akan tetapi, bukti dari analisis serbuk sari memperlihatkan adanya deforestasi panjang di Asia Selatan. Sejumlah peneliti berpendapat bahwa letusan Toba mungkin memaksa manusia menggunakan strategi adaptasi yang baru, sehingga mereka dapat menggantikan manusia Neanderthal dan "spesies manusia kuno lainnya".[40] Pendapat tersebut tidak sejalan dengan bukti keberadaan Neanderthal di Eropa dan Homo floresiensis di Asia Tenggara yang masing-masing selamat dari letusan ini selama 50.000 dan 60.000 tahun.[41]
Kekurangan lain dalam teori penyusutan pasca-Toba adalah sulitnya memperkirakan dampak iklim global dan regional letusan ini dan sedikitnya bukti pasti letusan ini sebelum penyusutan.[42] Selain itu, analisis genetik urutan Alu di seluruh genom manusia memperlihatkan bahwa ukuran populasi manusia yang efektif kurang dari 26.000 orang pada 1,2 juta tahun yang lalu. Penjelasan yang memungkinkan untuk rendahnya jumlah leluhur manusia meliputi penyusutan populasi yang terjadi berulang-ulang atau peristiwa penggantian periodik dari subspesies Homo lain.[43]
Penyusutan genetik manusia
Teori bencana Toba berpendapat bahwa penyusutan populasi manusia terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu. Jumlah manusia berkurang menjadi kurang lebih 15.000 orang ketika Toba meletus dan mengakibatkan perubahan lingkungan besar, termasuk musim dingin vulkanik.[44] Teori ini didasarkan pada bukti geologi perubahan iklim mendadak pada waktu itu dan penggabungan beberapa gen (termasuk DNA mitokondria, kromosom Y, dan sejumlah gen inti)[45] serta variasi genetik yang relatif rendah pada manusia modern.[44] Misalnya, menurut sebuah hipotesis, DNA mitokondria manusia (diwariskan dari garis ibu/maternal) dan DNA kromosom-Y (diwariskan dari garis bapak/paternal) masing-masing bergabung sekitar 140.000 dan 60.000 tahun yang lalu. Ini menunjukkan bahwa leluhur perempuan semua manusia modern berasal dari satu perempuan (Eva mitokondria) sekitar 140.000 tahun yang lalu, dan leluhur laki-lakinya berasal dari satu laki-laki (Adam kromosom-Y) sekitar 60.000 sampai 90.000 tahun yang lalu.[46]
Namun, gabungan seperti itu dapat diperkirakan secara genetik dan tidak benar-benar menentukan penyusutan populasi karena DNA mitokondria dan DNA kromosom Y hanya merupakan sebagian kecil dari genom manusia. Keduanya bersifat tidak biasa (atipikal) sehingga diwariskan secara eksklusif melalui ibu atau bapak. Kebanyakan gen diwariskan secara acak dari bapak atau ibu, jadi tidak bisa dilacak sampai ke leluhur matrilineal atau patrilineal.[47] Gen-gen lain memiliki jumlah gabungan sejak 2 juta sampai 60.000 tahun yang lalu, sehingga memunculkan keraguan terhadap peristiwa penyusutan manusia dalam jumlah besar.[44][48]
Penjelasan lain yang memungkinkan mengenai sedikitnya variasi genetik manusia modern adalah model transplantasi atau "penyusutan panjang", bukan perubahan lingkungan akibat bencana.[49] Ini konsisten dengan pendapat bahwa populasi manusia di Afrika sub-Sahara berkurang hingga 2.000 orang selama 100.000 tahun, kemudian bertambah pada Zaman Batu Terakhir.[50]
Salah satu hambatan studi lokus tunggal adalah besarnya keacakan proses penentuan (fixation process), dan studi yang mempertimbangkan keacakan ini memperkirakan populasi manusia yang efektif sekitar 11.000–12.000 orang.[51][52]
Penyusutan genetik mamalia lain
Sejumlah bukti menunjukkan adanya penyusutan genetik pada hewan lain pasca letusan Toba. Simpanse Afrika Timur,[53]orangutan Kalimantan,[54]monyet India tengah,[55]cheetah, harimau,[56] dan pemisahan kelompok gen inti gorila daratan rendah timur dan barat[57] berhasil mengembalikan populasinya dari jumlah yang sangat sedikit sekitar 70.000–55.000 tahun yang lalu.
Migrasi pasca Toba
Persebaran geografis populasi manusia saat letusan terjadi tidak diketahui secara pasti. Manusia yang selamat mungkin tinggal di Afrika dan bermigrasi ke wilayah lain di dunia. Analisis DNA mitokondria memperkirakan bahwa migrasi besar dari Afrika terjadi 60.000–70.000 tahun yang lalu.[58] Jumlah tersebut konsisten dengan perkiraan waktu letusan Toba sekitar 66.000–76.000 tahun yang lalu.
Akan tetapi, temuan arkeologi terbaru menunjukkan bahwa populasi manusia di Jwalapuram, India Selatan, mungkin selamat dari efek letusan.[59] Selain itu, dipaparkan pula bahwa populasi hominid terdekat, seperti Homo floresiensis di Flores, selamat karena mereka tinggal di daerah yang membelakangi angin dari Toba.[60]
^Jika hasil ini akurat, maka sebelum kemunculan Homo sapiens di Afrika, jumlah Homo erectus sangat kecil ketika spesies ini menyebar ke seluruh dunia. Lihat Huff & others 2010, p.6; Gibbons 2010.
Cox, MP (August 2008), "Accuracy of molecular dating with the rho statistic: deviations from coalescent expectations under a range of demographic models", Hum. Biol., 80 (4): 335–57, doi:10.3378/1534-6617-80.4.335, PMID19317593
Felsenstein, J (April 1992), "Estimating effective population size from samples of sequences: inefficiency of pairwise and segregating sites as compared to phylogenetic estimates", Genet. Res., 59 (2): 139–47, doi:10.1017/S0016672300030354, PMID1628818
Goldberg, T.L. (1996). Genetics and biogeography of East African chimpanzees (Pan troglodytes schweinfurthii). Harvard University, unpublished PhD Thesis.
Gonder, MK; Mortensen, HM; Reed, FA; de Sousa, A; Tishkoff, SA (December 2007), "Whole-mtDNA genome sequence analysis of ancient African lineages", Mol. Biol. Evol, 24 (3): 757–68, doi:10.1093/molbev/msl209, PMID17194802
Hernandez, R.D. (2007). "Demographic histories and patterns of linkage disequilibrium in Chinese and Indian Rhesus macaques". Science (316): 240–243. Bibcode:2007Sci...316..240H. doi:10.1126/science.1140462.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Ingman, M; Kaessmann, H; Pääbo, S; Gyllensten, U (December 2000), "Mitochondrial genome variation and the origin of modern humans", Nature, 408 (6813): 708–13, doi:10.1038/35047064, PMID11130070
Ninkovich, D. (7 December 1978). "K−Ar age of the late Pleistocene eruption of Toba, north Sumatra". Nature. 276 (276): 574–577. Bibcode:1978Natur.276..574N. doi:10.1038/276574a0.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Oppenheimer, Stephen (2004), The Real Eve: Modern Man's Journey Out of Africa, New York, NY: Carroll & Graf, ISBN0-7867-1334-8
Parsons, TJ; Muniec, DS; Sullivan, K; Woodyatt, N; et al. (April 1997), "A high observed substitution rate in the human mitochondrial DNA control region", Nat. Genet., 15 (4): 363–8, doi:10.1038/ng0497-363, PMID9090380
Steiper, M.E. (2006). "Population history, biogeography, and taxonomy of orangutans (Genus: Pongo) based on a population genetic meta-analysis of multiple loci". Journal of Human Evolution (50): 509–522.
Thalman, O.; Fisher, A.; Lankester, F.; Pääbo, S.; Vigilant, L. (2007). "The complex history of gorillas: insights from genomic data". Molecular Biology and Evolution (24): 146–158.
Vigilant, L; Pennington, R; Harpending, H; Kocher, TD; Wilson, AC (December 1989), "Mitochondrial DNA sequences in single hairs from a southern African population", Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A., 86 (23): 9350–4, Bibcode:1989PNAS...86.9350V, doi:10.1073/pnas.86.23.9350, PMC298493, PMID2594772
Williams, Martin A.J. (30 December 2009). "Environmental impact of the 73 ka Toba super-eruption in South Asia". Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology. Elsevier. 284 (3–4): 295–314. doi:10.1016/j.palaeo.2009.10.009.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Zielinski, A.; Mayewski, P. A.; Meeker, L. D.; Whitlow, S.; Twickler, M. S.; Taylor, K. (1996). "Potential Atmospheric impact of the Toba mega-eruption ~71'000 years ago". Geophysical Research Letters. 23 (8): 837–840. Bibcode:1996GeoRL..23..837Z. doi:10.1029/96GL00706.
Journey of Mankind by The Bradshaw Foundation – includes discussion on Toba eruption, DNA and human migrations
Geography Predicts Human Genetic Diversity ScienceDaily (Mar. 17, 2005) – By analyzing the relationship between the geographic location of current human populations in relation to East Africa and the genetic variability within these populations, researchers have found new evidence for an African origin of modern humans.
Foreland basin north of the Alps Geology of the AlpsThe Alps Tectonic subdivision Helvetic Zone Penninic nappes Austroalpine nappes Southern Alps Formation & rocks Bündner schist flysch molasse Geological structures Aarmassif Dent Blanche klippe Engadine Line Engadine window Flysch zone Giudicárie line Greywacke zone Hohe Tauern window Molasse basin Penninic thrustfront Periadriatic Seam Ivrea zone Lepontin dome Rechnitz window Rhône-Simplon line Sesia unit Paleogeographic terminology Val…
This is a list of South American nations by gross domestic product per capita based on purchasing power parity. South American countries by GDP PPP per capita according to the International Monetary Fund for 2018 >$50,000 $40,000 - $50,000 $30,000 - $40,000 $20,000 - $30,000 $10,000 - $20,000 $5,000 - $10,000 $2,000 - $5,000 <$2,000 IMF list List according to the International Monetary Fund in c…
Khamzat ChimaevChimaev pada 2019LahirKhamzat Khizarovich Chimaev[1]1 Mei 1994 (umur 29)Gvardeyskoye, Republik Chechnya Ichkeria (merdeka secara de facto; sekarang Chechnya, Rusia)[2][3]Nama LainBorz Khamzat Girikhanov[4][5]KebangsaanSwedishRussian[6]Tinggi6 ft 2 in (1,88 m)Berat179 lbDivisiKelas welter Kelas menengahJangkauan75 in (190 cm)[7]Bertarung dariStockholm, SwediaTimAllstar Training Center (2017–seka…
Accipitridae Periode Eosen – sekarang, 50–0 jtyl PreЄ Є O S D C P T J K Pg N Common buzzardButeo buteoTaksonomiKerajaanAnimaliaFilumChordataKelasAvesOrdoAccipitriformesFamiliAccipitridae Vieillot, 1816 Subfamilies Accipitrinae Gypaetinae Aegypiinae Buteoninae Aquilinae Harpiinae Melieraxinae Polyboroidinae Circaetinae Circinae Elaninae Haliaeetinae Milvinae Perninae lbs Acciptridae adalah salah satu dari tiga familia burung dalam ordo Accipitriformes (burung pemangsa diurnal)[1 …
Rosella Sensi Rosella Sensi (lahir 18 Desember 1971) adalah seorang pengusaha dan eksekutif olahraga profesional Italia. Dia kini menjabat Manajer Umum klub sepak bola profesional Italia Associazione Sportiva Roma (A.S. Roma kadang disingkat sebagai Roma).[1] Dia adalah lulusan dari Libera Università Internazionale degli Studi Sociali Guido Carli (LUISS). Dia pernah memegang direktur purnamanajemen dan, sejak 28 Agustus 2008, juga menjabat tampuk kepresidenan Roma, menggantikan ayahnya,…
Ini adalah nama Batak Toba, marganya adalah Simanjuntak. Maruli Simanjuntak Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-35PetahanaMulai menjabat 29 November 2023PresidenJoko WidodoWakilArif Rahman (2023–2024)Tandyo Budi Revita (2024–)Panglima TNIAgus Subiyanto PendahuluAgus SubiyantoPenggantiPetahanaPanglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ke-43Masa jabatan31 Januari 2022 – 7 Desember 2023 PendahuluDudung AbdurachmanPenggantiMuhammad Saleh MustafaPanglima Komando Daera…
Auguste Febvrier-DespointesLahir1796Le Vauclin, Martinik, PrancisMeninggal5 1855 – Maret 1796; umur -60–-59 tahunSamudra Pasifik, di lepas pantai PeruPengabdian Kekaisaran Pertama PrancisRestorasi Bourbon Monarki Juli Republik Kedua Prancis Kekaisaran Kedua PrancisDinas/cabangAngkatan Laut PrancisLama dinas1811–1855PangkatLaksamana Muda (contre-amiral)Perang/pertempuranPerang Krimea Pengepungan Petropavlovsk HubunganAnne Élisabeth Papin-Thévigné (istri) …
Chandigarh Chandigarh Ibu kota - Koordinat Chandigarh† - 30°45′N 76°47′E / 30.75°N 76.78°E / 30.75; 76.78 Kota terbesar Chandigarh† Populasi (2011) - Kepadatan 1.055.450[1][2] (Ke-29) - 7,900/km² Area - Distrik 114 km² (ke-33) - 1 Zona waktu UTC +5:30 Pembentukan Maret 1948 Bahasa resmi Punjabi, Hindi Singkatan (ISO) IN-CH † The city of Chandigarh comprises…
John Sherman CooperPotret resmi Cooper pada saat menjabat Menteri untuk Jerman TimurMasa jabatan20 Desember 1974 – 28 September 1976PresidenGerald Ford PendahuluBrandon Grove (chargé d'affairesTemplat:--)PenggantiDavid B. BolenSenator Amerika Serikat dari KentuckyMasa jabatan7 November 1956 – 3 Januari 1973 PendahuluRobert HumphreysPenggantiWalter Dee HuddlestonMasa jabatan5 November 1952 – 3 Januari 1955 PendahuluThomas R. UnderwoodPenggantiAlben BarkleyMasa ja…
Katedral Los TequesKatedral Santo Filipus NeriSpanyol: Catedral de San Felipe Nericode: es is deprecated Katedral Los TequesLokasiLos TequesNegaraVenezuelaDenominasiGereja Katolik RomaArsitekturStatusKatedralStatus fungsionalAktifAdministrasiKeuskupanKeuskupan Los Teques Katedral Santo Filipus Neri[1] (Spanyol: Catedral de San Felipe Nericode: es is deprecated )[2] disebut juga Katedral Los Teques[3] adalah sebuah gereja katedral Katolik yang terletak di pusat bersejarah …
Kadalan adalah sejenis burung besar dalam keluarga Cuculidae . Dalam bahasa inggris, burung ini dikenal dengan nama Malkoha, yaitu sebutan warga lokal yang berasal dari kata Sinhala untuk kadalan muka-merah ; mal-koha. Ini semua adalah spesies tropis. Rhinortha Gambar Nama ilmiah Nama yang umum Distribusi </img> Rhinortha klorofaea Kadalan selaya Semenanjung Melayu. , Sumatera, dan Kalimantan Ceuthmochares Gambar Nama ilmiah Nama yang umum Distribusi </img> Ceuthmochares aereus …
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada September 2016. Émerson Carvalho da SilvaInformasi pribadiNama lengkap Émerson Carvalho da SilvaTanggal lahir 5 Januari 1975 (umur 49)Tempat lahir Bauru, BrasilPosisi bermain BekKarier senior*Tahun Tim Tampil (Gol)1993-1994 XV de Jaú 1994-2000 Portuguesa 2001 S…
Callitrichales Callitriche brutia var. hamulata (Kütz. ex W.D.J.Koch) Lansdown, syn. Callitriche hamulata Kütz. ex W. D. J. Koch, 2. Callitriche hermaphroditica L., syn. Callitriche autumnalis L. Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Callitrichales Famili lihat teks. Callitrichales adalah salah satu ordo anggota tumbuhan berbunga yang termasuk dalam anak kelas Asteridae, kelas Magnoliopsida, menurut Sistem klasifikasi Cronquist (1981). Ada tiga f…
Peta Lokasi Kabupaten Ogan Ilir di Sumatera Selatan Berikut adalah daftar kecamatan dan kelurahan/desa di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Indonesia. Kabupaten Ogan Ilir memiliki 16 kecamatan, 14 kelurahan dan 227 desa (dari total 236 kecamatan, 386 kelurahan dan 2.853 desa di seluruh Sumatera Selatan). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 410.529 jiwa dengan luas wilayahnya 2.666,09 km² dan sebaran penduduk 154 jiwa/km².[1][2] Daftar kecamatan dan kelurahan di Kab…
EuplectellidaeRentang fosil: 444 – 0 jtyl[1] PreЄ Є O S D C P T J K Pg N Euplectella aspergillum Klasifikasi ilmiah Domain: Eukaryota Kerajaan: Animalia Filum: Porifera Kelas: Hexactinellida Subkelas: Hexasterophora Ordo: Lyssacinosida Famili: EuplectellidaeGray, 1867[2] Genus Lihat teks Euplectellidae adalah keluarga spons kaca (Hexactinellida) yang termasuk dalam ordo Lyssacinosida. Famili ini pertama kali diwakili dalam catatan fosil Ordovisium, secara substansial leb…
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini.Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala.Tag ini diberikan pada Oktober 2022. Doctrina Jacobi (bahasa Yunani Kuno: Διδασκαλία Ἰακώβου, Didaskalia Iakobou Ethiopia: Sargis d'Aberga), adalah sebuah traktat polemik Kristen Yunani abad ke-7 yang dirancang di Kartago pada tahun 634 namun ditulis di Palestina antara…
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.Cari sumber: Piazza San Marco – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR Koordinat: 45°26′02″N 12°20′17″E / 45.434°N 12.338°E / 45.434; 12.338 Piazza San Marco with the Basil…
Artikel ini bukan mengenai One Day (film 2017). A DayPoster rilis teatrikalNama lainHangul하루 Alih Aksara yang DisempurnakanHaru SutradaraCho Sun-hoProduserSong Ji-eunLee Sang-hakDitulis olehCho Sun-hoLee Sang-hakPemeranKim Myung-minByun Yo-hanPenata musikMowgSinematograferKim Ji-yongPenyuntingShin Min-KyungPerusahaanproduksiFilm LineDistributorCGV ArthouseTanggal rilis 15 Juni 2017 (2017-06-15) Durasi90 menitNegaraKorea SelatanBahasaKoreaPendapatankotorUS$8,5 juta[1]…