Antonio de Paiva, seorang pedagang cendana berkebangsaan Portugal, pada tahun 1545 melaporkan kepada Fransiskus Xaverius bahwa sudah terdapat pemukiman umat Kristiani di Kerajaan Suppa. Dalam laporannya pada tahun 1545, ia sempat mengunjungi wilayah Kevikepan Makassar pada tahun 1544. Pada tahun itu, Raja Suppa memberikan dirinya dibaptis dalam Gereja Katolik dan menyebabkan sejumlah warga di sekitar Kerajaan Suppa untuk ikut menjadi umat Katolik. Setelah pembaptisan Raja Suppa, sejunlah 30 orang dari Kerajaan Siang beserta rajanya memberanikan dirinya untuk dibaptis dalam Gereja Katolik. Setelah dua peristiwa tersebut, Paiva menjanjikan adanya pengajar-pengajar agama Katolik dari Keuskupan Melaka-Johor[3] Eksistensi Gowa yang dibarengi dengan kehadiran VOC pada tahun 1607 tidak mempengaruhi karya missi Keuskupan Agung Makassar mengingat prinsip-prinsip toleransi dari Sultan Alauddin I.[4] Pada tahun 1625, dan 1633, missionaris dari Ordo Dominikan mencoba untuk membangun suatu struktur keuskupan namun ternyata tidak berhasil.[4]
Karya missi di Keuskupan Agung Makassar kemudian terhambat saat Melaka dikuasai Belanda pada tahun 1641.[4] Catatan persekusi umat Katolik di Keuskupan Agung Makassar terjadi pada tahun 1644 saat seorang pemuda ditikam di kediaman seorang pangeran setelah adanya berita bahwa pemuda tersebut menerima pembaptisan.[4] Tahun 1660, pemerintah pendudukan VOC berhasil memaksa sultan menandatangani perjanjian yang menutup akses masuk bagi warga Portugal di seluruh wilayah Keuskupan Agung Makassar.[5] Tahun 1669, semua imam dan missionaris yang tersisa di Keuskupan Agung Makassar membubarkan diri dan berpindah ke Keuskupan Makau dan Keuskupan Larantuka.[5]
Sedangkan catatan pembaptisan umat Katolik paling awal di Kevikepan Toraja terjadi pada tanggal 6 Mei1938, yakni pada saat empat warga Gereja Stasi Memori Santo Petrus Tampo, Makale, Tana Toraja, secara resmi menerima sakramen pembaptisan yang dilakukan oleh Imam Charles Dekkers, C.I.C.M.[6][7]
Garis waktu
Didirikan sebagai Prefektur Apostolik Makassar pada tanggal 13 April 1937, memisahkan diri dari Vikariat Apostolik Celebes
Ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Makassar pada tanggal 13 Mei 1948
Ditingkatkan menjadi Keuskupan Agung Makassar pada tanggal 3 Januari 1961
Berganti nama menjadi Keuskupan Agung Ujung Pandang pada tanggal 22 Agustus 1973
Berganti nama kembali menjadi Keuskupan Agung Makassar pada tanggal 15 Maret 2000
Arthur; Arsyad (29 Mei 2018), "Inilah Empat Orang Katolik Pertama di Toraja", Kareba Toraja (dalam bahasa (Indonesia)), diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-23, diakses tanggal 16 September 2019Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Departemen Dokumentasi dan Penerangan (Juni 2017), Buku Petunjuk Gereja Katolik Indonesia 2017 (dalam bahasa (Indonesia)) (edisi ke-1), Jakarta Pusat: Konferensi Waligereja IndonesiaParameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Heuken, Adolf (2008), "Catholic Converts in the Moluccas, Minahasa and Sangihe-Talaud, 1512–1680", dalam Steenbrink, Karel; Aritonang, Jan Sihar, A History of Christianity in Indonesia (dalam bahasa (Inggris)), Brill, hlm. 62, diakses tanggal 20 Mei 2020Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)