Kesultanan Mataram (bahasa Jawa: ꧋ꦤꦒꦫꦶꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤꦤ꧀ꦩꦠꦫꦩ꧀, Pegon: نڮاري كسولتانن متارام , translit. Nagari Kasultanan Mataram) adalah negara berbentuk kesultanan di Jawa pada abad ke-16. Kesultanan ini didirikan sejak pertengahan abad ke-16, tetapi baru menjadi negara berdaulat di akhir abad ke-16 yang dipimpin oleh dinasti yang bernama wangsa Mataram.[3][4]
Nama Mataram secara historis adalah nama kerajaan pra-Islam yang mengacu pada Kerajaan Mataramabad ke-8. Praktik umum di Jawa adalah menyebut kerajaan mereka dengan metonimia dan bervariasi dalam berbagai bahasa. Ada keragaman bahkan dalam bahasa. Dalam bahasa Sanskerta, Mataram berarti ibu, sedangkan istilah "Matawis" digunakan sebagai bentuk demonim dan kata sifat.
Berdasarkan sejarahnya, ada dua kerajaan yang pernah ada di periode yang berbeda dan keduanya disebut Mataram. Kerajaan selanjutnya, sering disebut sebagai Mataram Islam atau Matawis untuk membedakannya dari Kerajaan Mataram abad ke-8.[8]
Menurut catatan Jawa, raja-raja Mataram adalah keturunan dari Ki Ageng Sela (Sela adalah sebuah desa dekat Demak sekarang). Pada tahun 1570-an, salah satu keturunan Ki Ageng Sela, Kyai Gede Pamanahan dianugerahi kekuasaan atas tanah Mataram oleh raja Pajang, Sultan Adiwijaya, sebagai imbalan atas jasanya mengalahkan Arya Panangsang, musuh Adiwijaya.[10] Pajang terletak di kota Surakarta saat ini, dan Mataram awalnya adalah vasal dari Pajang.[4] Pamanahan sering disebut sebagai Kyai Gede Mataram. Seorang kyai adalah seorang ulama muslim yang berpendidikan tinggi dan cenderung disegani.
Sedangkan di Pajang, terjadi perebutan kekuasaan besar-besaran yang terjadi setelah Sultan Adiwijaya wafat pada tahun 1582. Pewaris Adiwijaya adalah Pangeran Benawa, digulingkan takhtanya oleh Arya Pangiri dari Demak, dan disingkirkan ke Jipang. Putra Pamanahan, Sutawijaya atau Panembahan Senapati, menggantikan ayahnya sekitar tahun 1584, dan dia mulai melepaskan Mataram dari kekuasaan Pajang. Di bawah Sutawijaya, Mataram tumbuh secara substansial melalui kampanye militer melawan penguasaan Mataram atas Pajang oleh Arya Pangiri, dan Pangeran Benawa dengan cepat menggalang dukungan untuk merebut kembali takhtanya dan merekrut dukungan Panembahan Senapati melawan Pajang. Selanjutnya, Pajang diserang dari dua arah: oleh Pangeran Benawa dan oleh Panembahan Senapati. Perang antara Pajang melawan Mataram berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. Pangeran Benawa kemudian naik takhta di Pajang.[10] Selama periode itu tidak ada putra mahkota Pajang yang menggantikan Pangeran Benawa sehingga takhta Pajang diserahkan ke Panembahan Senapati. Kemudian yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning atau adik Panembahan Senapati. Peristiwa pada tahun 1586 ini menandai berakhirnya kerajaan Pajang dan berdirinya Nagari Kasultanan Mataram.
Kebangkitan Mataram
Sutawijaya menjadi pemimpin monarki dengan menyandang gelar "Panembahan" (secara harfiah berarti "orang yang dijunjung"). Dia mengungkapkan sifat pemerintahannya yang ekspansif dan mulai memproyeksasi manuver politiknya sesuai ketentuan, layanan, dan fungsi administrasi ke timur di sepanjang Bengawan Solo.[10] Pada 1590 menaklukkan Madiun, dan berbelok ke timur dari Madiun untuk menaklukkan Kediri pada tahun 1591 dan Ponorogo.[11] Pada saat yang sama ia juga menaklukkan Jipang dan Jagaraga (utara Magetan sekarang). Dia berhasil mencapai timur sejauh Pasuruan. Setelah berhasil menyatukan bekas wilayah Pajang, Panembahan Senapati mengalihkan perhatiannya ke Jawa bagian barat, dengan menjalin hubungan baik dengan Cirebon[12] dan menaklukkan Galuh pada tahun 1595.[11] Usahanya untuk menaklukkan Banten pada tahun 1597 gagal, dikarenakan kurangnya transportasi air.[11]Panembahan Senapati wafat pada tahun 1601 dan dimakamkan di Kota Gede, sebagai raja Jawa ia berhasil membangun fondasi negara baru yang kokoh. Penggantinya, Raden Mas Jolang atau yang kemudian bergelar sebagai SusuhunanAnyakrawati.[11]
Kontak pertama antara Mataram dan Belanda (VOC) terjadi pada era Susuhunan Anyakrawati. Kegiatan Belanda pada saat itu hanya sebatas perdagangan dari pemukiman pesisir utara Jawa, sehingga interaksi mereka dengan wilayah pedalaman Jawa dibatasi, meskipun dibelakang mereka membentuk siasat untuk melawan Mataram. Susuhunan Anyakrawati wafat karena kecelakaan sewaktu berburu rusa di hutan Krapyak. Dari peristiwa itu ia dikenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak (Panembahan yang wafat di Krapyak).
Pada 1641, utusan Jawa yang dikirim Anyakrakusuma ke Arab telah tiba setelah mendapat izin menyandang gelar "Sultan" dari Mekah. Nama dan gelar Islam yang diperolehnya dari Mekah adalah "Sultan Abdul Muhammad Maulana Matarami".[13]
Sepeninggal Sultan Agung, tahta diambil alih oleh anaknya, Amangkurat I. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Keraton Plered yang lokasinya tak jauh dari keraton sebelumnya. Di bawah kepemimpinannya, Mataram diwarnai dengan gejolak politik yang tidak stabil karena adanya tekanan dari VOC, sehingga terjadi banyak pemberontakan dan perang saudara. Masa kepemimpinannya juga menjadi titik awal masa kemunduran Mataram.
Pemberontakan Raden Mas Alit dan Trunojoyo
Sikap Amangkurat I yang cenderung lunak dan tunduk kepada Belanda memunculkan beberapa perlawanan. Salah satunya adalah pemberontakan Raden Mas Alit, adik dari Amangkurat I pada 1678 yang menelan ribuan korban jiwa. Raden Mas Alit pun tewas dalam pemberontakan ini.[14]
Ada pula pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Mas Rahmat, anak Amangkurat I yang saat itu telah menjadi Pangeran Adipati Anom atau putra mahkota. Ia keberatan dengan pengalihan gelar yang ia sandang kepada saudaranya, yakni Pangeran Singasari. Ia mengajak Trunojoyo, putra penguasa Madura, untuk melaksanakan misi tersebut pada 1670. Trunojoyo menyanggupi karena ia ingin Madura merdeka dari penguasaan Kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Amangkurat I. Namun, Trunojoyo malah menumpas satu demi satu wilayah-wilayah kekuasaan Mataram, dan akan menyerang keraton Plered. Hal ini membuat Pangeran Adipati Anom berubah haluan mendukung ayahandanya, kemudian melakukan pelarian menuju Tegal. Disinilah Amangkurat I sakit dan wafat, oleh karenanya Amangkurat I diberi nama anumerta Susuhunan Tegal Arum.[14]
Disisi lain, Trunojoyo semakin kuat sehingga Pangeran Adipati Anom terpaksa menjalin kerja sama dengan VOC untuk menumpas Trunojoyo sekaligus merebut kembali takhta Mataram Islam. Kompeni bersedia membantu tapi dengan syarat. Akhirnya, Pangeran Adipati Anom diangkat menjadi penerus tahta dengan gelar Amangkurat II. Disini kembali terjadi pemindahan pusat pemerintahan, kali ini menuju ke Kartasura yang berada di bagian timur ibukota lama.[14]
Situasi politik yang masih belum stabil setelah pemberontakan Sunan Kuning, membuat Pakubuwana II mengumumkan sebuah sayembara untuk menumpas Raden Mas Said dan dijanjikan sebuah hadiah. Konon, saat itu Raden Mas Said adalah panglima perang yang tak terkalahkan, bahkan dijuluki Pangeran Sambernyawa.
Kemelut tersebut semakin menjadi-jadi setelah dilakukannya perubahan dalam Perjanjian Panaraga oleh VOC, yang dimana perubahan tersebut mengharuskan Susuhunan untuk menyerahkan wilayah pesisir kepada VOC. Hal ini membuat Mangkubumi kecewa, dan situasi pun berbalik di mana ia keluar dari keraton pada tanggal 19 Mei 1746 dan bergabung dengan Raden Mas Said. Meski begitu, keluarnya Mangkubumi dari keraton bukan untuk memusuhi dan memberontak, melainkan untuk mempertahankan wilayah Mataram, khususnya wilayah pesisir.
Kegagalan VOC melawan pasukan Mangkubumi menimbulkan berbagai tekanan. Akhirnya, mereka kembali memainkan intrik politik adu domba untuk memecah belah kekuatan Mangkubumi dan Raden Mas Said. VOC berhasil menghasut Raden Mas Said melalui Tumenggung Sujanapura untuk melepaskan diri dari pasukan Mangkubumi. Alhasil, Mangkubumi kelak harus berjuang sendirian melawan pasukan VOC, Surakarta, dan Raden Mas Said.
Di sisi lain, situasi perang yang kurang menguntungkan membuat VOC menawarkan perjanjian damai kepada Mangkubumi. Maka ditandatanganilah Perjanjian Palihan Nagari yang dilakukan di Dusun Kerten, Desa Jantiharjo, Karanganyar, pada 13 Februari 1755. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh VOC yang diwakili oleh Nicolaas Hartingh, serta Pangeran Mangkubumi. Atas desakan VOC, Pakubuwana III terpaksa menyetujui perjanjian tersebut, yang kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuannya dengan Mangkubumi di daerah Jatisari yang berakhir dengan disahkannya Perjanjian Jatisari, pada tanggal 15 Februari 1755.
Sejak saat itu, Pakubuwana III berhak atas wilayah timur Nagari Mataram dan tetap mempertahankan kedudukannya atas raja Surakarta dengan gelar Susuhunan Pakubuwana. Pakubuwana III juga mengizinkan Mangkubumi untuk memerintah sebagian tanah Nagari Mataram sebelah barat alias di seberang Sungai Opak yang kelak menjadi Yogyakarta, dan bertakhta sebagai raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwana. Perjanjian-perjanjian tersebut juga mengakhiri kejayaan Mataram Islam selama beberapa abad.[17]
Rupanya, Perjanjian Giyanti dan Perjanjian Jatisari tidak diterima dengan baik oleh Raden Mas Said, sehingga ia tetap melakukan perlawanan terhadap VOC, Surakarta, dan Yogyakarta. Karena perang berlangsung berlarut-larut dan mengalami kebuntuan, maka Raden Mas Said yang mendapat julukan Pangeran Sambernyawa itu menerima tawaran damai dari VOC, yang kemudian memunculkan Perjanjian Salatiga pada tahun 1757. Dari perjanjian tersebut, ia diangkat menjadi pangeran miji dan kemudian menjadi pangeran merdeka dengan gelar Adipati Mangkunagara, serta mendapat sebagian tanah apanase dari wilayah Nagara AgungSurakarta bagian timur, yang kemudian dikenal sebagai Kadipatèn Mangkunagaran.
Mataram memiliki struktur pemerintahan yang dipimpin oleh seorang susuhunan/sultan. Dalam konsep kenegaraan Jawa raja-raja Mataram disebutkan dengan konsep Keagungbinatharaan atau diungkapkan sebagai "gung binathara, bahu dhendha nyakrawati" (kekuasaan yang agung, memelihara hukum di muka bumi). Raja dikatakan "wenang wisesa ing sanagari" (memegang kuasa di negara). Dia harus "wicaksana" (bijaksana), bersifat "budi bawa leksana, ambeg adil para marta" (meluap budi luhur-mulia dan bersifat adil terhadap sesama), tugasnya "anjaga tata titi tentreming praja" (menjaga keteratutan dan ketenteraman negeri), agar tercipta suasana "karta tuwin raharja" (aman dan sejahtera).[18]
Amiril muminina sayyidina panatagami kyatira ning rat wus sineksen saking Ngarab, winenang among dirja ning rat
Pemimpin para mukmin tuan penata agama kemasyhurannya di jagad sudah disaksikan dari negeri Arab, diberi wewenang memomong keselamatan dunia
Serat Sastra Gending karya Sultan Agung
Kemasyhuran sultan Mataram telah dikenal sampai tanah Arab sebagai seorang pemimpin para mukmin di tanah Jawa. Sehingga penguasa Mekah waktu itu memberi gelar Sultan kepada raja Mataram. Inilah awal mula raja Mataram menggunakan gelar Sultan. Pemakaian gelar raja pada Mataram selain Sultan yaitu: Panembahan, Susuhunan atau Sunan.
Anyakrakusuma mendapat gelar Sultan. Gelar tersebut dianugerahkan SultanMurad IV yang diwakilkan syarif Mekah, Zaid ibnu Muhsin Al Hasyimi. Anyakrakusuma ditahbiskan sebagai Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami, disertai kuluk untuk mahkotanya, bendera, pataka, dan sebuah guci yang berisi air zamzam. Guci yang dulunya berisi air zamzam itu kini ada di makam Astana Kasultan Agungan di Imogiri dengan nama Enceh Kyai Mendung.
Aparat birokrasi
Struktur birokrasi kesultanan Mataram berdasarkan pada jabatan-jabatan yang disusun secara hierarki mengikuti sistem pembagian wilayah, meliputi:
Susuhunan atau Sultan, gelar yang digunakan untuk merujuk pada kepala negara yang sedang bertakhta (jumeneng). Dalam menjalankan pemerintahannya, Sultan membentuk dan menempatkan pejabat dari tingkat pusat sampai daerah berdasarkan wilayah yang sudah dibagi. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menciptakan kegiatan pemerintahan yang terkendali.
Dalam mengurusi rumah tangga karaton tugas diserahkan kepada seorang Wedana Lebet yang terdiri dari Wedana Gedong Kiwa, Wedana Gedong Tengen, Wedana Keparak Kiwa, dan Wedana Keparak Tengen. Para wedana tersebut dikepalai oleh Patih Lebet, dan setiap wedana dibantu oleh kliwon (asisten di bawah wedana), kabayan (asisten di bawah kliwon), dan 40 mantri jajar (salah satu sebutan untuk priyai di lingkungan karaton).[19]
Adapun untuk mengurusi pemerintahan di Nagaragung, sultan menyerahkannya kepada Wedana Jawi yang dikepalai oleh seorang Patih Jawi. Masing-masing wedana juga dibantu oleh kliwon, kabayan, dan 40 mantri jajar. Semua wedana tersebut bertempat di Kutagara, sedangkan daerahnya di Nagaragung diserahkan kepada demang atau kyai lurah.[20]
Untuk mengurusi wilayah di luar Kutagara dan Nagaragung (pusat pemerintahan), di Mancagara Wétan maupun Mancagara Kilèn, sultan menempatkan para bupati yang dipimpin oleh Wedana Bupati baik di wilayah Mancagara maupun Pasisiran. Para bupati di wilayah Mancagara berpangkat Tumenggung atau Raden Arya, sedangkan di wilayah Pasisiran dikenal dengan Syahbandar yang memiliki pangkat Tumenggung, Kyai Demang, atau Raden Ngabehi. Para bupati Mancagara maupun Pasisiran berada dalam kordinasi dan bimbingan langsung dari Wedana Bupati.[18] Selain menempatkan bupati di wilayah Mancagara dan Pasisiran, sultan juga menempatkan bupati penting di wilayah pusat. Para bupati tersebut dijadikan staff ahli yang sewaktu-waktu diperlukan pertimbangannya.
Sebagai pengontrol gerak-gerik para lembaga negara maupun para bupati di daerah, maka sultan mengangkat dinas rahasia yang disebut telik sandi atau Abdi Kajineman.[21] Selain para pejabat tinggi pusat tersebut, di bawahnya masih terdapat sekitar 150 macam jabatan dibawahnya. Mereka dikhususkan ke dalam berbagai macam jabatan, mulai dari prajurit, panglima, pengadilan, keuangan, perlengkapan, kesenian, keagamaan, dan lainnya. Semua jabatan tersebut merupakan bentuk birokrasi sebagai pelaksana roda pemerintahan.[18]
Pembagian administratif
Struktur administratif Mataram menganut pola konsentris. Berdasarkan sudut pandang konsentris yang diterapkan dalam sistem ketatanegaraan di Mataram, wilayah dibedakan dalam beberapa pembagian sebagai berikut:[20][22][23]
Kutagara (Kuta Nagara) meliputi:
Siti Narawita (ibu kota), sebagai pusat pemerintahan.
Karaton (istana), sebagai pusat kegiatan pemerintahan.
Nagaragung (Nagara Agung) adalah wilayah yang mengitari Kutagara, wilayah ini dibagi menjadi empat bagian, meliputi:
Daerah Siti Ageng atau Bumi Gede, suatu wilayah di antara Pajang dengan Demak, kemudian dibagi menjadi daerah Siti Ageng Kiwa dan Siti Ageng Tengen. Terletak di sebelah barat daya Semarang (antara daerah Ungaran dan Kedungjati)
Daerah Siti Bumi atau Bumija yang terletak di sekitar daerah Kedu
Daerah Siti Numbak Anyar yang terletak di sekitar daerah Bagelen
Daerah Pajang, dibagi menjadi Panumping yang meliputi daerah Sukowati dan daerah Panekar yaitu daerah Pajang bagian timur.
Mancagara (Manca Nagara) adalah wilayah di luar Nagaragung yang meliputi:
Mancagara Wétan (Mancanegara Timur), dimulai dari Panaraga ke timur, yang meliputi Magetan, Madiun, Grobogan, Kaduwung, Jagaraga, Panaraga, Pacitan, Kediri, Jipang, Wirasaba, Blitar, Srengat, Lodaya, Pace, Nganjuk, Berbek, Cakuwu, Wirasari
Pasisiran (Pesisir) adalah wilayah yang sebagian besar berada di pantai utara Jawa dan sebagian diantaranya diberikan otonomi tersendiri. Wilayah ini dibagi menjadi dua:
Pasisiran Kilèn (Pesisir Barat), dimulai dari Demak ke barat, yang meliputi Semarang, Kendal, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Karawang
Kedua wilayah, Mancagara Wétan dan Pasisiran Wétan, biasanya disebut sebagai Brang Wétan. Demikian pula untuk Mancagara Kilèn dan Pasisiran Kilèn disebut sebagai Brang Kilèn atau Brang Kulon. Struktur wilayah Mataram memiliki susunan yang teratur dengan wilayah kabupaten dan jumlah cacahnya disebutkan di dalam Pustaka Rajapuwara. Di samping beberapa wilayah di atas, terdapat tanah seberang (tanah sabrang: tanah yang berada di seberang laut), seperti Jambi, Palembang, Banjar, Kotawaringin dan Sukadana.
Struktur pemerintahan
Struktur pemerintahan Mataram dari puncak hingga ke bawah pada dasarnya merupakan kelanjutan dari masa Majapahit. Pada puncak kekuasaan terdapat raja yang dibantu oleh birokrat istana. Di bawah raja terdapat penguasa-penguasa daerah yang disebut bupati. Cara-cara pengerahan tenaga birokrasi ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:[24]
Pengangkatan dilakukan berdasarkan keturunan dan kesetiaan terhadap raja.
Jabatan birokrasi di pusat kerajaan ditiru oleh penguasa daerah.
Jabatan birokrasi tergantung pada wewenang atau sifat pribadi raja.
Pengelolaan politik dan pemerintahan merupakan urusan pribadi raja.
Tradisi menjadi aturan.
Tidak ada spesialisasi wewenang dan tugas para pejabat.
Dalam administrasi pemerintahan masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang pejabat tinggi. Para bupati mancanegara dan pasisiran di bawah pengawasan seorang wedana bupati. Wedana bupati pesisiran wetan berkedudukan di Jepara. Wedana bupati mancanegara wetan berkedudukan di Ponorogo. Wedana bupati, baik mancanegara maupun pasisiran, bertugas mengawasi dan mengkoordinasi bupati-bupati yang berada di bawah yurisdiksinya. Secara hierarkis, wedana bupati berhubungan langsung dengan patih kerajaan yang mengurusi bidang pemerintahan.[24]
Kabupaten yang berada di mancanegara dan pasisiran diperintah oleh bangsawan setempat. Kabupaten merupakan daerah otonom dan dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Otonomi yang dimiliki seorang bupati disertai dengan hak untuk memiliki angkatan senjata sendiri. Tugas pokok seorang bupati, yaitu:[24]
Memungut pajak yang dibayarkan setiap tahun
Mengerahkan tenaga kerja untuk perang
Mengerjakan proyek pekerjaan umum
Menyelenggarakan peradilan di tingkat bawah
Budaya
Meskipun kerajaan Islam, Mataram tidak pernah mengadopsi budaya, sistem, dan institusi Islam secara menyeluruh. Sistem politiknya berakar dari peradaban Jawa asli yang digabungkan dengan unsur-unsur Islam. Kesultanan Mataram merupakan simbol berdirinya kekuatan sosial-politik Islam di Jawa yang menjadi titik peralihan sekaligus masa transisi dari masa Hindu-Buddha ke masa Kajawen (Ka-jawi-an). Mataram diakui mampu menyiarkan Islam secara kultural yang ditandai dengan perubahan besar pada masa Sultan Agung dalam mengadaptasikan agama dengan budaya lokal.
Islam dihadirkan di Jawa secara adaptif dengan budaya asli Jawa. Adaptasi kultural tersebut dapat diterima masyarakat Jawa, maka pribumisasi Islam dianggap berhasil karena Islam berkembang pesat di Jawa secara alamiah dan melalui proses kultural dari masyarakat Jawa itu sendiri.
Sejak saat itulah budaya Islam di Jawa lebih dikenal dengan istilah Kajawen (Ka-jawi-an) yang sarat dengan muatan sufistik dan mulai berkembang pesat. Kitab-kitab tasawuf dalam bahasa Arab-Nya dari timur tengah mulai digubah dalam bahasa Jawa dengan diadakan adaptasi seperlunya terhadap alam pikiran Jawa tanpa kehilangan substansinya. Perpaduan dari berbagai sentral budaya ini telah menimbulkan karya-karya kreatif baru yang memperkaya khazanah sekaligus pengembang budaya Kajawen.
Mataram adalah kerajaan Islam terbesar terakhir di Jawa sebelum terbagi menjadi Surakarta, Yogyakarta, Mangkunagaran dan Pakualaman. Setelah keruntuhan Mataram pada abad berikutnya pulau Jawa dalam kolonialisme Belanda. Bagi sebagian orang Jawa, Kesultanan Mataram, khususnya era Sultan Agung, dikenang sebagai kebanggaan masa lalu yang gemilang, karena Mataram menjadi kerajaan terakhir Islam terbesar di Jawa.[25]
Dalam seni dan budaya, Kesultanan Mataram telah meninggalkan jejak yang kekal dalam budaya Jawa, karena banyak unsur budaya Jawa, seperti gamelan, batik, keris, wayang kulit dan tari tradisional Jawa diciptakan, dikembangkan dalam bentuknya yang sekarang, dan diwariskan oleh karaton penerusnya. Pada masa puncak Kesultanan Mataram pada paruh pertama abad ke-17, kebudayaan Jawa berkembang, sebagian besar di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Mataram banyak mempengaruhi kebudayaan di Jawa termasuk di bagian barat. Pada periode ini masyarakat Sunda berasimilasi lebih jauh dengan budaya Kajawen (Jawa). Seperti wayang golek yang diadopsi dari Jawa, kemudian budaya serupa seperti gamelan dan batik juga di kenalkan di sana dan berkembang. Pada masa itu pula bahasa Sunda mulai menggunakan tingkatan bahasa yang didasarkan kepada aturan serta nilai-nilai sosial kemasyarakatan, untuk saling menghargai dan menghormati orang lain, sebagaimana tercermin dalam bahasa Jawa. Selain itu aksara Jawa juga digunakan untuk menulis bahasa Sunda sebagai cacarakan
Kini, warisan budaya Kesultanan Mataram dilestarikan oleh keempat pecahan Mataram (catur sagotra). Beberapa dari warisan budaya tersebut adalah karya asli sejak masa kejayaan Mataram, yang dibagi dalam Perjanjian Jatisari.
^M.C. Ricklest. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 1200-2004.
^Brown 2003, p. 63: "On February 13, 1755, the Treaty of Giyanti was signed, dividing what was left of the kingdom of Mataram into two parts. One part, with its capital in the city of Solo, was headed by Pakubuwana II's son, Pakubuwana III. The other part, with its capital 60 kilometres to the west of Yogyakarta, was ruled by Pakubuwana II's half-brother Mangkubumi, who took the title Sultan Hamengkubuwono I. The treaty was not immediately accepted by all parties to the dispute: fighting went on for another two years. In 1757, though, an uneasy peace settled on Java when Pakubuwana III's territory was divided, with a portion going to his cousin Mas Said, who took the title Mangkunegara I."
^ abcMoedjanto, G (1987). Konsep Kekuasaan Jawa; Penerapannya Oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius.
^Widada, dkk. (2001). Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa). Yogyakarta: Kanisius. Wurianto, Arif Budi. (2001). Gung Binatara: Kekuasaan dan Moralitas Jawa. Jurnal Ilmiah Bestari
^ abSuwarno, P. J. (1989). Sejarah Birokrasi Pemerintahan Indonesia Dahulu dan Sekarang. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
^Kartodirdjo, A. Sartono, dkk. (1995). Negara dan Nasionalisme Indonesia; Integrasi, Disintegrasi, dan Suksesi. Jakarta: Grasindo.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Serat Pustaka Rajapuwara, Koleksi Reksapustaka Mangkunegaran, Surakarta, No. MS 113.
^Moertono, S. (1985). Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lampau, Studi Tentang Masa Mataram II, Abad XVI Sampai XIX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Soekmono, Drs. R. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. 2nd edition. Penerbit Kanisius 1973. 5th reprint edition in 2003. Yogyakarta. ISBN979-413-291-8. (in Indonesian)
Anderson, BRO’G. The Idea of Power in Javanese Culture dalam Anderson, BRO’G. Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia. Cornell University Press. 1990.
Carey, Peter. 1997. Civilization on loan: the making of an upstart polity: Mataram and its successors, 1600–1830. Modern Asian Studies 31(3):711–734.
de Graaf, H.J. dan T.H. Pigeaud. 2003. Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI. Pustaka Utama Graffiti.
De Graaf, H.J. Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung. Pustaka Utama Graffiti 2002.
Mangunwijaya Y.B. 1983. Rara Mendut. Jakarta : Gramedia.
Miksic, John (general ed.), et al. (2006) Karaton Surakarta. A look into the court of Surakarta Hadiningrat, central Java (First published: 'By the will of His Serene Highness Paku Buwono XII'. Surakarta: Yayasan Pawiyatan Kabudayan Karaton Surakarta, 2004) Marshall Cavendish Editions Singapore ISBN981-261-226-2
Ricklefs, M.C. 2002. Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi 1749–1792: Sejarah Pembagian Jawa. Yogyakarta: Penerbit Matabangsa.
Ricklefs, M.C. 2001. A history of modern Indonesia since c.1200. Stanford: Stanford University Press. ISBN0-8047-4480-7.
Reid, Anthony (2014). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Obor.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Reid, Anthony (2015). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid II: Jaringan Perdagangan Global. Jakarta: Obor.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Budaya Kesultanan Mataram
Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI (2018). Ensiklopedi Islam Nusantara: Edisi Budaya(PDF). Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Kongres Amerika Serikat ke-54Gedung Capitol (1906)Periode4 Maret 1895 – 4 Maret 1897Anggota90 senator357 anggota dewan4 delegasi tanpa suaraMayoritas SenatPartai Republik (pluralitas)Presiden SenatAdlai E. Stevenson (D)Mayoritas DPRPartai RepublikKetua DPRThomas B. Reed (R)Pres. Senat Pro TemporeWilliam P. Frye (R)Sesike-1: 2 Desember 1895 – 11 Juni 1896ke-2: 7 Desember 1896 – 3 Maret 1897ke-53 ←→ ke-55 Kongres Amerika Serikat ke-54 adalah sebuah pertemuan cabang legisla…
Provinsi Izumi (和泉国code: ja is deprecated , izumi no kuni) atau Senshu (泉州code: ja is deprecated , senshū) adalah provinsi lama Jepang dengan wilayah yang sekarang merupakan bagian selatan prefektur Osaka, tetapi tidak termasuk kota Osaka. Ibu kota diperkirakan berada di lokasi yang sekarang berada di pinggir kota Izumi. Sakai yang merupakan kota pelabuhan besar terletak di bagian selatan Izumi dan biasanya dikuasai penguasa Istana Osaka dan provinsi Settsu. lbsProvinsi lama Jepang Ak…
Putri Kako佳子内親王Kelahiran29 Desember 1994 (umur 29)Rumah Sakit Rumah Tangga Kekaisaran, Tokyo, JepangWangsaWangsa Kekaisaran JepangNama lengkapKako (佳子code: ja is deprecated )AyahPangeran AkishinoIbuPutri AkishinoAgamaShinto Putri Kako dari Akishino (佳子内親王code: ja is deprecated , Kako Naishinnō, lahir 29 Desember 1994), anak kedua Pangeran Akishino dan Putri Akishino. Dia adalah cucu perempuan kedua Akihito dan Michiko. Biografi Pada bulan April 2001, Putri Kako mene…
CamaldoleseOrdo CamaldulensiumBiara Camaldolese Bielany di Kraków, PolandiaTanggal pendirianc. 1012; 1011 tahun lalu (1012) ADPendiriRomualdusTipeTarekat religius KatolikSitus webcamaldolese.org Camaldolese (Latin: Ordo Camaldulensiumcode: la is deprecated ) adalah nama suatu ordo dalam agama Katolik Roma. Biarawan dan biarawatinya merupakan dua komunitas monastik yang berbeda, tetapi berhubungan yang merunut garis silsilah mereka kepada gerakan monastik yang dimulai oleh Santo Romualdus. …
Sporting event delegationUnited States at the1968 Summer OlympicsFlag of the United StatesIOC codeUSANOCUnited States Olympic Committeein Mexico CityCompetitors357 (274 men and 83 women) in 18 sportsFlag bearerJanice-Lee RomaryMedalsRanked 1st Gold 45 Silver 28 Bronze 34 Total 107 Summer Olympics appearances (overview)189619001904190819121920192419281932193619481952195619601964196819721976198019841988199219962000200420082012201620202024Other related appearances1906 Intercalated Games The Un…
1915 film Sweet AlyssumAdvertisementDirected byColin CampbellWritten byCharles Major (story)Gilson WilletsProduced byWilliam Nicholas SeligStarringTyrone Power Sr.Kathlyn WilliamsEdith JohnsonProductioncompanySelig Polyscope CompanyDistributed byV-L-S-ERelease date November 15, 1915 (1915-11-15) Running time59 minutesCountryUnited StatesLanguageSilent (English intertitles) Sweet Alyssum is a 1915 American silent drama film directed by Colin Campbell and starring Tyrone Power Sr., …
Plutonium(IV) oksida Nama Nama IUPAC Plutonium(IV) oksida Nama lain Plutonium dioksida Penanda Nomor CAS 12059-95-9 N 3DMet {{{3DMet}}} Nomor EC Nomor RTECS {{{value}}} CompTox Dashboard (EPA) DTXSID30894111 Sifat Rumus kimia PuO2 Massa molar 276,06 g/mol Penampilan Padatan kuning kecoklatan. Densitas 11,5 g/cm3 Titik lebur ~2400 °C Titik didih ~2800 °C Kelarutan dalam air tak larut Struktur Struktur kristal Fluorit (kubik), cF12 Grup r…
Taman Budaya Tegal [[Berkas:|220px]] Informasi Berdiri2012 PengelolaPemerintah Kota Tegal FasilitasSekretariat, Pendapa ageng, Pendapa alit, Teater arena, Ruang pameran, Ruang dokumentasi, Ruang studio (audio/video), Wisma seni, Aula (ruang rapat), Area parkir AlamatJl. Kol. Sugiono Kota Tegal Telpon- E-mail- Website- Taman Budaya Tegal atau TBT adalah sebuah kompleks gedung bangunan milik Pemerintah Kota Tegal, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Gedung ini dibangun untuk keperluan penyediaan waha…
What Yo Name Iz?Single by Kirko Bangzfrom the album Procrastination Kills 3 ReleasedFebruary 7, 2011 (2011-02-07)[1]Recorded2010GenreHip hopLength3:25LabelWarner Bros. RecordsSongwriter(s)Kirk RandleRaul GonzalezBrandon TillmanProducer(s)Sound M.O.B.[2]Kirko Bangz singles chronology What Yo Name Iz? (2011) Drank in My Cup (2011) What Yo Name Iz? is the debut single by American rapper Kirko Bangz. The Sound M.O.B. produced song was featured on his mixtape Procra…
Pour les articles homonymes, voir John Walsh et Walsh. John Walsh Fonctions Sénateur des États-Unispour le Montana 9 février 2014 – 3 janvier 2015(10 mois et 25 jours) Prédécesseur Max Baucus Successeur Steve Daines 30e lieutenant-gouverneur du Montana 7 janvier 2013 – 9 février 2014(1 an, 1 mois et 2 jours) Élection 6 novembre 2012 Gouverneur Steve Bullock Prédécesseur John Bohlinger Successeur Angela McLean Biographie Nom de naissance John Edward Walsh Dat…
Si ce bandeau n'est plus pertinent, retirez-le. Cliquez ici pour en savoir plus. Cet article ne s'appuie pas, ou pas assez, sur des sources secondaires ou tertiaires (juillet 2023). Pour améliorer la vérifiabilité de l'article ainsi que son intérêt encyclopédique, il est nécessaire, quand des sources primaires sont citées, de les associer à des analyses faites par des sources secondaires. Peabody Essex MuseumInformations généralesType Musée d'art, musée maritimeSite web www.pem.orgL…
LORAN, yang merupakan kependekan dari long range navigation, merupakan sebuah sistem navigasi radio hiperbolik yang dikembangkan di Amerika Serikat pada Perang Dunia II. Sistem tersebut mirip dengan sistem Gee dari Inggris namun dioperasikan pada frekuensi rendah Catatan Referensi Kutipan Daftar pustaka Blanchard, Walter (September 1991). Hyperbolic Airborne Radio Navigation Aids. The Journal of Navigation. 44 (3). .Proc 2012 is a modified version hereof. Cooke, C. M.; et al. (1945), The Ta…
Dendrobium hookerianum Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Tracheophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Asparagales Famili: Orchidaceae Genus: Dendrobium Spesies: Dendrobium hookerianum Nama binomial Dendrobium hookerianumLindl. Dendrobium hookerianum adalah spesies tumbuhan yang tergolong ke dalam famili Orchidaceae. Spesies ini juga merupakan bagian dari ordo Asparagales. Spesies Dendrobium hookerianum sendiri merupakan bagian dari genus Dendrobium.[1] Nama ilmiah dari spesies ini per…
2006 United States House of Representatives elections in Maryland ← 2004 November 7, 2006 (2006-11-07) 2008 → All 8 Maryland seats to the United States House of Representatives Majority party Minority party Party Democratic Republican Last election 6 seats, 58.17% 2 seats, 39.77% Seats won 6 2 Seat change Popular vote 1,099,441 546,862 Percentage 64.63% 32.15% Swing 6.46% 7.62% Democratic 60–70% 70…
For the sport played in the Commonwealth previously known as women's basketball, see Netball. Basketball played by women Women's basketballWNBL Canberra Capitals player Nicole Hunt attempts to steal the ball from Logan Thunder's Renae CaminoHighest governing bodyInternational Basketball FederationCharacteristicsContactLimitedTeam membersFive on-court players per teamTypeTeam sport, ball sportEquipmentBasketballVenueBasketball courtPresenceOlympicYes Initial jump at the match for the 3rd…
Pour les articles homonymes, voir Charlotte. Charlotte La grande-duchesse Charlotte de Luxembourg au début des années 1940. Titre Grande-duchesse de Luxembourg 15 janvier 1919 – 12 novembre 1964 (45 ans, 9 mois et 28 jours) Couronnement 15 janvier 1919 (prestation de serment) Président du gouvernement Émile Reuter Pierre Prüm Joseph Bech Pierre Dupong Joseph Bech Pierre Frieden Pierre Werner Prédécesseur Marie-Adélaïde Successeur Jean Héritière présomptive du trône …
Code reference for the US Army Air Forces' role in the Manhattan Project This article is about the Manhattan Project operation. For the method of adding a thin layer of silver to an object, see Silver plate. Bockscar, a Silverplate B-29 Superfortress of the 509th Composite Group, dropped an atomic bomb on Nagasaki Silverplate was the code reference for the United States Army Air Forces' participation in the Manhattan Project during World War II. Originally the name for the aircraft modification …
Министерство природных ресурсов и экологии Российской Федерациисокращённо: Минприроды России Общая информация Страна Россия Юрисдикция Россия Дата создания 12 мая 2008 Предшественники Министерство природных ресурсов Российской Федерации (1996—1998)Министерство охраны о…